Puisi yang saya beri judul Dua Dua Lebih Lima ini, terilhami dari keujug-ujugan hati gelisah, tabah, kecewa, dalam satu waktu. Selamat membaca.
Dua-dua Lebih Lima
Nandar IR
Tirai jendela tertutup rapat
Melarang setetespun hujan
masuk, di sudut-sudut ruang utama
Sisakan hitam kelam buruk rupa
Tetesannya masih terasa dingin
Kaku, sampai ujung kuku
menggigil. Dikurung kain sarung
Mengapa kamu begitu pulas?
Padahal petir menyambar,
mengacungkan jari tengah!
Membabat habis bendungan ikhtiarnya
Sukahurip, 31 Oktober
Posting Komentar