Film yang ditulis dan disutradarai Praditha Blifa ini, bisa kamu tonton di bawah artikel ini. Silakan putar filmya terlebih dahulu, agar lebih bisa mengikuti apa yang akan saya bahas di film ini.
ABSTRAK
Iis, seorang perempuan muda, baru saja ditinggal pergi ayahandanya. Sebagai seorang anak satu-satunya, ia harus bisa bertanggung jawab mengurus pemakamannya sebaik mungkin. Iis dibantu sang bibi, dengan mengikuti tradisi di sana.Namun, dalam proses pemakaman ayahnya itu, Iis dilanda dilema yang luar biasa. Tradisi di kampungnya, lebih mengutamakan soal materi daripada kelancaran penguburan almarhum. Iis merasa tradisi itu sangatlah salah.
Berbanding terbalik dengan pemikiran sang bibi. Menurutnya, justru tradisi itulah yang bisa melancarkan segala prosesnya. Terlebih, ia tidak mau menanggung malu, akibat omongan tetangga.
Terpaksa, Iis mengikuti semua tradisi, meski hatinya masih dilema berat. Lebih baik, daripada harus membuat ayahnya menuggu lebih lama.
FILM PENDEK: Unscripted Man
PLUS MINUS
Dari segi cerita, film pendek Ngiring Belasungkawa, sangat layak jadi rekomendasi tontonan. Sindiran-sindirannya, cukup relate dengan apa yang terjadi sebenarnya. Khususnya pada tradisi pemakaman, di daerah sunda.
Bahasa sunda yang menjadi bahasa utama pada keseluruhan dialog film ini, sangat kental dan tentu saja tidak dibuat-buat. Saya rasa, para pemerannya memang berasal dari daerah Jawa bagian Barat. Tata bahasa yang halus dan sopan, sangat mewakili warga suku sunda.
Perpindahan dan angle kamera juga masih nyaman ditonton. Tidak muluk-muluk, dan memaksakan. Cukup menaruh kamera di sudut yang tepat, tanpa perlu camera movement dan tektek bengeknya.
Sayangnya, pengambilan sudut kamera yang baik, tidak dibarengi juga dengan kualitas suara. Terdapat noise yang cukup mengganggu di beberapa bagian. Bahkan di salah satu adegan Iis dan bibi, suaranya jadi semakin buruk. Satu kesalahan yang sangat tidak perlu buat saya pribadi.
Kemudian karena saya sangat sedikit tahu soal makhorijul huruf, maaf sekali, pembacaan surat Yasin-nya tidak terlalu enak didengar. Banyak sekali tajwid dan panjang pendeknya, yang dibaca ala kadarnya. Karena film Ngiring Belasungkawa ini terkait dengan agama islam, apalagi berani menyindir, sebaiknya hal semacam ini juga diperhatikan lebih detail. Tapi tetap apresiasi, jarang lho, film-film semacam ini muncul di notifikasi Youtube saya. Cuma, sayang aja. Apalagi bacaan Yasin-nya, digunakan sebagai adegan penutup.
FILM PENDEK: Sebelum 7 Hari
AMANAT
Tradisi atau kebiasaan yang kental, memang akan sulit hilang. Mau itu terkesan baik, atau justru buruk. Kita, khususnya yang sedang disindir film ini, lebih mementingkan omongan orang daripada melihat almarhum tenang.Seperti yang digambarkan oleh Iis dan bibinya. Bibinya seakan tidak peduli dengan perasaan hancur sang keponakan. Ia tidak mau tahu kesedihan Iis, pasca ditinggal ayah tercinta. Sang bibi lebih peduli sikap orang, setelah proses pemakaman itu berakhir.
Orang-orang yang ikut membantu pengurusan jenazah juga digambarkan seolah tidak peduli. Sama sekali tidak ada yang mengucap belasungkawa. Yang diobrolkan hanya materi dan materi. Makna dari judul film ini seakan hanya ditafsirkan pada apa yang diberikan keluarga almarhum, bukan pada sisi empatinya.
Jujur saja, di daerah tempat tinggal saya, tradisinya tidak seberlebihan yang diperlihatkan film Ngiring Belasungkawa ini. Kami masih mengutamakan tradisi agama daripada tradisi masyarakat yang diciptakan manusia. Namun, hal ini tetap akan menjadi peringatan keras untuk kami, calon orang tua di masa depan. Jangan sampai adat istiadat, berada di atas syariat. Itu poin pentingnya bukan?
FILM PENDEK: SANDEKALA
Bagaimana pandanganmu mengenai tradisi yang disinggung film Ngiring Belasungkawa ini? Apakah menurutmu perlu dihapus, diperbaiki sehingga tidak mengucilkan agama, atau justru bibinya Iis benar adanya? Mari berdiskusi. Komentar saja di bawah.
Posting Komentar