Beberapa tahun yang lalu, sejak saya kehilangan satu-satunya orang yang bisa dipercaya, saya sempat mengalami yang namanya depresi berat. Depresi yang entah apa bahasa psikologinya, yang jelas itu membuat otak terasa gampang panas. Apalagi beberapa masalah trauma masa lalu belum juga selesai (jika sudi memahami beberapa trauma itu, kamu bisa mengunjungi Nandar IR lebih dalam).
Parahnya lagi, efek depresi itu menjalar ke segala penjuru arah. Dari ketidakpercayaan akan kekuasaan Tuhan, hingga beberapa kali sempat mau mengakhiri saja kehidupan.
Dulu, siapa yang peduli soal depresi di lingkungan saya? Tidak ada. Hanya, ya... itu, yang meninggal tadi.
Apalagi jika bercerita soal trauma di zaman yang "open minded" ini, banyak kemungkinan yang akan terjadi. Salah satu dan kebanyakan terjadi adalah, "ya sudah, lupakan saja. Bangkit jangan biarkan terkurung." Iya, saya paham, seberat apapun masalah, akhirnya ya harus tetap bangkit. Tapi sebelum memberi saran dengan kalimat sejenis itu, cobalah dulu memahami, bukan langsung berpikir apalagi menggurui. Mengobati depresi apalagi trauma masa lalu, tak semudah kalimat itu.
Tapi jawaban itu mungkin sedikit lebih baik, dibanding dengan orang-orang yang menanggapinya dengan bentakan serta cengan. Menganggap depresi itu hanyalah tingkat tertolol, dan hanya bisa ditertawakan. "Sok broken home," baperan ah!" Dan sejenisnya.
Pada akhirnya, ketimbang bercerita pada yang tak memahami, disimpanlah saja depresi itu sendiri. Untuk apa berbagi masalah jika tak menemukan jawabannya. Dunia ini sudah terlalu banyak berubah. Terpaksa, pemilik depresi harus kembali memikirkan dan membiasakan perubahan ini. Iya, saya paham, berat sekali pasti.
Maaf, malah jadi curhat.
Lalu, sebenarnya apa sisi positif dari depresi?
Jujur saja, saat saya sedang menulis paragraf ini, saya belum menemukan sisi positif apapun. Tapi tunggu, saya coba ke masa lalu dulu, siapa tahu Nandar masa remaja tahu.
.....
Baiklah, ini katanya.
Katanya, depresi itu bisa menciptakan tangisan.
Lho, kok tangisan malah jadi sisi positif? Bukannya airmata justru bukti kamu sedang mengalami kepedihan? Tenang dulu, saya sedikit tahu apa yang dimaksud diri saya di masa lalu itu.
Maksudnya, mungkin, sisi positifnya bisa kamu temukan selepas airmata perlahan menyurut. Kamu, selepas menangis, apakah menemukan ketenangan? Sering kan? Iya, itu maksudnya. Ketenangan. Memang depresi atau munculnya ingatan akan trauma masa lalu bisa menghasilkan tangisan. Dan itu jelas berat sekali, saya paham. Akan tetapi, kamu bisa menikmati indahnya rasa tenang sehabis itu.
Ketenangan adalah cara terbaik pertama untuk melepas rasa depresi maupun trauma masa lalu. Ketenangan bak surga dunia yang jarang sekali kamu temukan. Maka, jangan sia-siakan, menangislah sejadi-jadinya sampai kamu menemukan ketenangan itu.
Hanya saja syarat utama supaya kamu bisa menemukan ketenangan itu, kamu harus simpan dulu pikiran gilamu. Simpan benda tajam yang sedang kamu pegang, simpan saja. Mundurkan langkahmu dari jurang atau tempat ketinggian, angkat kepalamu dari genangan air yang sengaja kamu kumpulkan, taruh kepalan tanganmu dan jangan menyakiti wajah yang sudah mengalir banyak darah itu. Lakukan saja perlahan, perlahan, perlahan. Selepas itu kamu boleh menangis lagi, temukan sesegera mungkin ketenangan yang kamu mau. Namun sekali lagi, lakukan saja perlahan.
Lebih baik? Saya harap begitu. Semoga kamu dapat menemukan ketenangan itu. Perlahan saja. Kamu jelas bisa.
Katanya lagi, depresi bisa membuatmu paham satu sama lain
Mana mungkin orang yang mengalami depresi bisa meludahi orang bernasib sama? Benar, mungkin saja, tapi jumlahnya sedikit. Kebanyakan, depresi bisa membuatmu menciptakan pemahaman baru soal menghargai manusia lainnya.
Kadang, jika malu saling memeluk dan saling menguatkan, setidaknya kamu akan saling mendoakan. Semoga saja depresi ini tak membuat pikiran jauh ke mana-mana. Kamu masih terlalu berharga untuk memaksa pergi dari dunia ini, dan kamu tidak perlu memaksa pergi orang lain juga. Jangan sampai.
Kamu sebaiknya coba memanfaatkan rasa depresi itu, untuk memahami depresi lain yang tentu lebih banyak dan kompleks, tersebar di dunia ini. Ceritakan kisahmu pada mereka. Jangan takut akan ada banyak celaan dan ketidakpercayaan, sebab pasti akan ada satu bahkan lebih orang yang sama denganmu. Kalian bisa saling menghargai masing-masing perasaan. Saya yakin, akan ada banyak depresi lain yang butuh dekapanmu.
"Hanya dua untuk saat ini. Aku mau istirahat. Capek." Begitu katanya.
Meski memang kurang, tapi dua ini bisa mewakili. Membuktikan bahwa depresi dan trauma masa lalu, juga memiliki sisi positif di baliknya. Depresi bukanlah bahan tertawaan, depresi bisa jadi kunci menuju jalan hidup yang lebih baik.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu memiliki lebih banyak sisi positif dari depresi? Lebih banyak dari diriku di masa lalu itu? Mau membagikannya di sini? Silakan komentar saja. Saya pasti akan membacanya, dan mencoba memahamimu. Pasti.
Calon penulis, menyukai videografi, dan hobi berpikir di kala rebahan.
Harus kenal dekat dulu, baru asyik diajak ngobrol. Bukan berarti bersikap dingin, hanya kurang percaya diri memulai obrolan.
Related Posts
4 komentar
Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊 Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!
Nahh itu dia terkadang pas depresi itu seperti ada perbaikan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Seperti tidak ingin mengulanginya lagi, atau malah ingin berbuat baik dari hari-hari sbeelumnya.. Depresi memang bisa mmeberikan efek positif kepada diri maupun orang lain.. Pas depresi itu udah kek merry riana, mario teguh, bijak banget asli hha
Omong-omong soal depresi, saya penasaran dan seringkali bertanya-tanya sendiri, menurut mas Nandar, apakah depresi itu harus beralasan? Sebab seringkali kalau masalahnya sudah terlalu rumit, perasaan jadi bercampur aduk dan nggak tau lagi apa yang menjadi penyebabnya, selain yang dirasa hanya cemas, gelisah, depresi, atau apalah itu.
Saya pernah mengalami keadaan yang tiba-tiba nangis sambil nonjok-nonjokin wajah tanpa sebab. Dan menurut pengalaman saya itu, berarti depresi memang bisa datang tanpa alasan. Tapi sepertinya jarang, mungkin. Hehe. Maaf kalau jawabannya kurang banget, soalnya saya bukan psikolog. He
Tapi dari pengalaman saya sih, hal itu jarang banget saya dapatkan. Saya tipe depresi yang memang munculnya kalau inget trauma masa lalu. Afwan.
4 komentar
Haha Mario Teguhmah lewat.
Maaf kalau jawabannya kurang banget, soalnya saya bukan psikolog. He
Tapi dari pengalaman saya sih, hal itu jarang banget saya dapatkan. Saya tipe depresi yang memang munculnya kalau inget trauma masa lalu.
Afwan.