Adolescene by Salvador Dali |
Puisi ini dibuat untuk orang-orang yang memandang, kelam adalah kejahatan. Puisi ini untuk menuntut keadilan.
Absurd
Oleh: Nandar IR
Aku mau bercerita tentang wajah bocah durhaka
yang menuntut keadaan, yang meminta jatah
Begini ceritanya...
Suatu ketika, sebelum kaca lemari rumahnya berjajar barisan butir debu
Ia dapat mencium aroma tiap-tiap benangsari wollfia
Meraba jutaan lekuk fantasi zaman-zaman bukan sengsara
Berseloroh soal bagaimana malaikat bisa masuk surga, tanpa dosa
Menjamah segala rupa
Bocah kecil berdikari.
Pada malang nasib, gertakan ahlul ilmi
beri tanda biru hati yang baru saja berseri-seri
Bocah kecil tak tahu menahu
Bagaimana bisa harus begitu?
Bukankah Tuhan berfirman, ia tak boleh berdosa?
Ataukah hanya celoteh tanpa tahu arah
Remaja.
Bahasa riang terkubur dalam daun daun basah
Remaja dua belas tahun, kini. Ibarat darah hasil goresan ujung kaca
Tumpukan gelisah.
Rupanya ia masih juga digerayangi dentum jarum jam
memacu detak rasa, sisakan sengsara
"Sejak kapan salju tiba? Ujung kukuku kedinginan. Sekarat. Mati rasa."
Dewasa.
Sejak itu ia jadi kriminal
bukan maling ayam, apalagi duit hasil membual
Kasusnya: Ia tidak tahu apa-apa
Aku berani bersumpah atas nama Tuhannya!
Disumpalnya lubang telinga
Dijaitnya alat bicara
Sanubarinya menuntut pada,
"Tuhan, kau tahu apa?"
2 komentar
Tapi terima kasih sudah berkomentar.