Dua Burung Satu Sangkar
Tak abis pikir,Tanggal tujuh belas malam dapat dua burung sekaligusAku cuma punya satu,Kasihan dua burung besar ituBisa sesak bisa matiSangkarku robek bisa tak laku lagiWelah... Sangkar yang itu haram kujualAbis dicat, pake gincuTak abis pikir,Wanita tujuh belasan jual sangkar malam-malamKasian sangkar itu, tak punya burung.Harganya lumayan, lima ratus ribuAku punya empat ratusTeman honorerku, es nya satu, seratusBiarin, asal anget burungkuPunya burung, masing-masing satuKatanya yang itu tidak dijual, dicat gincuTak abis pikir,Satu perempuan dua lelaki paruh waktuJual beli sangkar,Cuma satu.Kasian sangkar perempuan itu, disesaki dua burungKutaksir mahal, dua sampai lima puluhnego ah, burungku menang pemilu.
Konon, Bukan Kata Nya
Mereka-mereka bergerombol
mengajak tetangga-tetangga
mengajak sodara-sodara
Berbaris rapi di tepi jalan kerikil aspal
telapak laki-laki mengepal
yang perempuan mengusap mata dengan kain di kepala
Lafaz-lafaz sesak sampai atap rumah
sedang di luarnya omongan baik
Ketika itu haramlah hardik
Disumpalnya selepas bersuci
Dikuburnya selepas azan
Habis itu gelaplah tanpa setitik pun
Matinya Sastrawan Muda
Seniman sastra berarti dosa besar
Sudah biasa... sastrawan muda
Yang hilang akal dalam kata-kata.
Suatu ketika di neraka
Sastrawan muda menanya pada Tuhan Maha Kuasa
Kenapa aku bukan ahli surga?
Duniaku, makna setiap barisnya
Aku, kata telapak tanganku, memanusiakan manusia
Selepas itu Tuhan tertawa
Saksikan sastrawan muda dibakar,
Saksikan sastrawan muda berkelakar
Mengatai baris-baris katanya yang sukar
Anumerta.
Anumu,
Serta-merta,
Mau apa?
Duksa-diksi satu kata sejuta makna?
Bah! Tinggal tunggu tutup buku.
Ada Al-Mizan. Tutup mulutmu.
Posting Komentar