cultura.id |
Lagu ini beberapa kali muncul di sosial media pribadi saya, di beberapa meme tepatnya. Sekilas saya pikir, ini hanya sekadar keisengan. Paling begitu-begitu saja lagunya, tidak enak didengar.
Sampai pada akhirnya saya menyerah, tapi belum berani mendengar lagu ini secara penuh. Perlu keberanian, takutnya menyesal.
Saya cari tahu dulu, kenapa lagu ini begitu fenomenal. Beberapa kurator meme bilang, lagu ini lebih keras dari lagu metal manapun. Saya pikir lagi, itu hanya istilah saja. Dan hanya mengada-ngada dari para kuratornya.
Ternyata memang ungkapan itu benar-benar keluar, dari mulut sang vokalis .feast. Ah, drama saya pikir. Biasanya celotehan semacam ini biar lagunya naik daun dan semacamnya. Saya tidak mau menikmati karya hasil drama.
Masih penuh dengan meme soal peradaban, akhirnya saya benar-benar mendengarkannya. Ucapan nyeleneh sang vokalis tidak berarti membuat lagu ini menjadi dihukum haram.
Makna Lagu Peradaban
Lagu dimulai dengan alunan yang agak aneh di telinga. Mungkin ini akan jadi awal kerasnya lagu ini. Benar saja, telinga saya yang dipasang headset langsung dihajar oleh suara yang sepertinya berasal dari alat musik etnis Jepang atau Cina (maaf jika salah). Ditambah suara drum yang membuat lagu ini makin terdengar keras. Perpaduan dua musik itu menggebuk otak dan jantung.
Satu bait lirik pun mulai menyambut telinga hingga isi jiwa:
Bawa pesan ini ke persekutuanmu. Tempat ibadah terbakar lagi. Bawa pesan ini lari ke keluargamu. Nama kita diinjak lagi.
Mendengar lirik lagu ini saya kemudian termenung. Wow, sebuah satire sindiran agama yang keras. Cukup berani untuk disimpan di awal-awal lagu. Mengingatkan kita bahwa isu agama ini tidak boleh dibungkam. Tidak boleh hilang begitu saja, harus disebarluaskan sampai grup Whatsapp keluarga.
Bagai keset selamat datang. Masuk kencang tanpa diundang. Ambil minum lepas dahaga. Rampas galon dispenser pula.
Opini saya pribadi mengenai arti lagu peradaban pada lirik ini adalah, soal kejadian lain saat salah satu kericuhan besar terjadi. Soal penjarahan. Gila saja, sekacau itulah jika kericuhan tak bisa dibendung. Sampai, Ya, dispenser pun dijarah juga.
Yang jadi saksi harus kuat. Tak terbutakan dunia akhirat. Yang patah tumbuh yang hilang berganti. Gapura ancur dibangun lagi.
.feast seolah memperingatkan buat para saksi kekisurah—soal apapun—untuk tidak bungkam karena diiming-imingi harta, tahta maupun wanita. Saksi adalah kunci, bukan? Kalau saksinya saja bisa dibungkam, bagaimana kebenaran bisa ditemukan.
Karena peradaban takkan pernah m*ti. Walau diledakkan diancam tuk diobati. Karena peradaban berputar abadi. Kebal luka bakar, tu*uk atau caci maki.
Akhirnya, sampai pada lirik paling berpengaruh soal kerasnya lagu ini. Bahkan saking pentingnya untuk disampaikan, .feast sengaja mengulangnya kembali.
Sisi buruk dunia tidak akan pernah hilang meski ada begitu banyak perlawanan atas nama kebenaran. Kebenaran dan kebatilan duniawi akan saling beradu tanpa ada yang bisa dan mau mengalah.
Beberapa orang menghakimi lagi. Walaupun diludahi zaman seribu kali. Beberapa orang memaafkan lagi. Walau sudah ditindas habis berkali-kali.
Inilah yang dimaksud pertarungan antara kebenaran dan kebatilan, menurut .feast pemahaman saya pada lagu ini. Bait ini benar-benar menggambarkannya secara jelas.
Si bersalah akan terus menerus menyerang dengan tahtanya, sedangkan si pembela atau dalam hal ini si tertindas akan selalu memaafkan kesalahan penguasa. Bisa jadi lelah membela, bisa jadi takut bui menanti.
Lirik utama kembali diperdengarkan lagi. Gunanya tentu, agar kita tetap berdiri dalam ruangan yang sama. Soal peradaban yang tak pernah mati.
Karena kehidupan tidak ternodai. Maknanya jika kau tak sepaham dengan kami.
Jujur, saya agak bingung memaknai dua kalimat ini. Maka saya coba menghilangkan kata "maknanya" dan "tidak/tak". Tersusunlah sebuah kalimat, "Karena kehidupan ternodai, jika kau sepaham dengan kami."
Apakah kamu mulai sedikit memahaminya? Untuk saya pribadi, artinya jika kamu memiliki pemahaman yang sama dengan .feast (yang berperan sebagai kebenaran), maka artinya kamu harus siap terancam. Mungkin seperti itu. Koreksi kalau keliru.
Karena kematian tanggungan pribadi. Bukan milik siapapun untuk disudahi.
Yang menjadi algojo k**atian seseorang di tangannya, tidak berarti membuatnya menjadi malaikat pencabut ny*wa. Itu semua hanya soal perantara, karena memang kematian sudah ditanggung diri sendiri sejak diciptakannya roh oleh Tuhan.
Budaya, bahasa berputar abadi. Jangan coba atur tutur kata kami. Hidup tak sependek p*n*s laki-laki. Jangan coba atur gaya berpakaian kami.
Lirik ini jadi favorit bagi saya. Maknanya soal kebebasan betingkah laku, berpola pikir, beropini, dan berideologi. Satu manusia tidak bisa mengatur manusia lain jika manusia itu berpegang teguh pada pendiriannya. Meski menurut hukum adat dan agama mungkin bisa salah.
Contoh kecilnya adalah ketika saya menulis lirik di atas. Ada sensor, yang artinya saya lebih nyaman tidak menyinggung soal kelamin. Bukannya anti berbahasa, tapi seperti yang lirik lagu ini sampaikan, "jangan coba atur tutur kata kami." Sepakat?
Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri. Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri. Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari. Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati.
Pada akhirnya, ketika semua telah sepakat dengan ideologi sendiri, tanpa ada yang saling menyalahkan, tanpa ada perdebatan karena perbedaan, kita akan bisa memimpin diri sendiri. Hidup selanjutnya jadi tanggung jawab sendiri.
Kehidupan kita sudah benar-benar bebas, lalu meninggalkan jejak untuk masa hidup selanjutnya. Dan ketika itu terjadi, tak boleh ada yang menyesal dengan pilihan hidupnya. Sekian.
Begitulah makna yang bisa saya dapatkan dari lagu .feast - peradaban ini. Soal maknanya, menurut saya memang bisa dikatakan lebih keras dari metal (setidaknya jika lagu metalnya hanya sekedar teriak-teriak berserak). Tapi jika genrenya yang disinggung, maka itu suatu kesesatan. Genre metal juga punya identitas khas sendiri yang tidak boleh dipermainkan.
Padahal jika sang vokalis tidak pernah berceloteh soal keadigungannya, saya pikir lagu ini memang layak naik daun. Ah, sungguh disayangkan sebenarnya. Meme-meme yang berkeliaran sedikit mengganggu makna lagu peradaban yang sangat dalam ini.
4 komentar