Tayang secara terus-menerus tanpa jeda, kebanyakan. Adapula stasiun dengan jeda layar statis dibarengi lagu-lagu harmonis.
Berbagai acara dipertontonkan untuk dinikmati berbagai kalangan. Mulai dari acara hiburan, berita, dan yang lainnya.
Acara berita terkadang memunculkan anti fakta, menawarkan kegaduhan hingga adu domba, mempermalukan pihak berbeda dan membela pihak yang dibela. Penentunya hanya dua, politik dan agama. Untuk era ini.
Menutupi kejanggalan tuan penguasa yang dibela dan menggoreng isu miring calon penguasa lainnya. Aib yang sejatinya dibiarkan terpendam oleh tuhan, dengan angkuhnya manusia taburkan untuk dinikmati bersama kawan.
Pun sebuah hiburan yang biasanya menjadi acara paling diandalkan. Bisa menaikkan rating stasiun TV dan ketenaran.
Sintetron misalnya. Acara drama TV yang kini, sering menampilkan adegan-adegan yang katanya cinta sejati. Dua pasang remaja yang bermula tak saling sapa atau dalam suasana berbeda kasta, mulai saling merasa dan berbinar-binar cinta pada akhirnya. Peluk, cium, seragam sekolah ketat, polesan wajah anak sekolah, bahkan guru-guru seolah membiarkannya. Sebenarnya tidak ada yang salah. Tapi budaya ketimuran kita kurang menerima. Kesopan santunan ialah hal pertama.
Kemudian kartun. Apa salahnya dengan kartun? Spongebob, Doraemon, Naruto atau Shincan. Mereka lucu, unik, sering pula memberi ambisi untuk mengejar mimpi. Tapi para pemantau bilang, mereka tak mendidik sama sekali. Satu persatu hilang. Beberapa tersisa, namun harus ada sensor sana sini. Cukup mengganggu dan menjengkelkan.
Belum lama ini sebuah adegan dalam sinetron membuat saya semakin muak dengan namanya kisah percintaan televisi. Menampilkan sepasang kekasih dalam kamar tidur, membuat sebuah adegan yang pantasnya kena blur. Tapi tidak ada sama sekali. Walaupun tak terlihat sebuah adegan yang berlebihan, tapi setidaknya itu membuat otak remaja berkeliaran. Gila kan?!
Mending Spongebob, sering membuat inspirasi dan ambisi walaupun kadang sama-sama pernah menuai kontroversi. Setidaknya sering memberi isi.
Kontroversi layar kaca layaknya sebuah pembenaran untuk mencari keuntungan. Tak peduli soal kehidupan dan kemajuan, yang penting menghasilkan. Rating dan ketenaran.
Posting Komentar